Selasa, 11 Juni 2013

LAGI, KAITAN TENTANG PERSOALAN BBM



Dulu kita dihebohkan dgn pemberitaan tentang Petral yang mau dibubarkan MenBUMN Dahlan Iskan tapi ternyata batal dan bahkan skrg makin eksis. Dari dulu Petral disebut-sebut sebagai sarang korupsi puluhan triliun mulai dari Zaman Orba/Suharto sampai dengan sekarang, tak pernah bisa disentuh. Petral atau Pertamina Trading Energy Ltd adalah perseroan terbatas anak perusahan Pertamina yang bergerak di bidang perdagangan minyak.. Saham Petral 99.83% dimiliki oleh PT. Pertamina dan 0.17% dimiliki oleh Direktur utama Petral Nawazir sesuai dengan UU / CO Hongkong.. Tugas utama Petral adalah menjamin supply kebutuhan minyak yang dibutuhkan Pertamina/ Indonesia dengan cara membeli minyak dari luar negeri. Saat ini Petral memiliki 55 perusahaan yang terdaftar sebagai mitra usaha terseleksi. Pengadaan minyak o/ Petral dilakukan secara tender terbuka, namun Petral juga melakukan pengadaan minyak dengan pembelian langsung. Alasannya : ada jenis minyak tertentu yang tidak dijual bebas atau.... ..pembelian minyak secara langsung dapat lebih murah dibandingkan dengan mekanisme tender terbuka.

Tahun 2011 Petral membeli 266,42 juta barrel minyak. Terdiri dari 65,74 juta barrel minyak mentah dan 200,68 juta barrel berupa produk. Harga rata-rata pembelian minyak oleh Petral adalah : USD 113,95 per barel utk minyak mentah, USD 118,50 untuk premium, USD 123,70 untuk solar. Total pembelian minyak Petral adalah : USD 7.4 milyar untuk minyak mentah dan USD 23.2 milyar untuk bensin/solar. Total : USD 30.6 milyar atau setara dengan Rp. 275.5 triliun per tahun. itulah jumlah uang yang dikeluarkan Pertamina/negara untuk impor minyak.

 Sekali lagi...uang Pertamina/Negara yang dikeluarkan untuk membeli minyak impor melalui Petral pada tahun 2011 = Rp. 275.5 triliun !. Jumlah uang yang luar biasa besar yang dikeluarkan negara untuk beli minyak impor melalui Petral ini tentu saja TIDAK pernah luput dari MAFIA-MAFIA minyak yang disebut-sebut menguasai dan mengendalikan Petral adalah Muhammad Riza Chalid. Riza diduga kuasai Petral selama puluhan tahun. Disamping Riza, dulu Tommy Suharto juga disebut-sebut sebagai salah satu mafia minyak. Perusahaan Tommy diduga mark up atau titip US$ 1-3/barel.

3 komentar:

  1. Bermain di bisnis minyak Indonesia ini memang luar biasa enak. Korupsi uang APBN tidaklah seberapa dibandingkan korups BUMN Pertamina dan anak perusahannya Pertamina Energy Trading Limited alias Petral. Kerugian negara jauh lebih besar, tetapi lebih aman & mudah.
    Uang korupsi minyak yang mencapai puluhan triliun ini tidak masuk ke Indonesia, melainkan ke rekening-rekening di Hongkong, Singapura & Swiss. Ditarik ke RI hanya jika diperlukan. Tentu saja uang ratusan juta itu utamanya dicairkan dan ditarik saat menjelang Pemilu dan Pilpres. Untuk membiayai kampanye dan money politics. Jadi tidak heran beredar kabar jika SBY bisa mempunya dana kampanye belasan triliun diduga dari korupsi Petral untuk memenangkan Pemilu dan Pilpres 2009 kemarin.
    Pada jaman Orba setiap ekspor minyak (bukan impor lho), mafia minyak yang dibeking penguasa bisa titip atau kutip US$ 1- 3 / barel. Ketika RI mulai impor ( di jaman Orba juga) mafia minyak juga kutip dan titip sekian dollar juga.
    Pada setiap tahapan proses ekspor & impor minyak selalu ada titipan. Bahkan untuk biaya pengangkutan minyak dengan kapal tanker pun ada mark up yang merugikan negara puluhan juta dollar per tahun. Dari dahulu sampai sekarang, pengangkutan minyak Indonesia masih dikuasai oleh pemain lama, yaitu Humpuss Intermoda (Tommy Suharto) Cs.

    Kembali ke PETRAL, jika pembelian minyak kita total 266,6 juta barel pada tahun 2011, asumsikan saja ada titipan USD 3/barel = US$ 798 juta/tahun. US$ 798 juta itu equivalen dengan Rp. 7.2 triliun uang negara yang dirampok oleh mafia minyak. Kenyataannya, nilai kerugian negara akibat korupsi migas di Petral ini bisa saja jauh lebih besar.
    Uang itu dibagi-bagikan oleh mafia itu kepada penguasa. Pada tahun 2009 saja pernah disebut-sebut ada setoran ratusan juta USD dari mafia minyak kepada SBY untuk membantu Pemilu PD dan Pilpres SBY. Korupsi dari impor minyak ini sangat luar biasa. Sudah terjadi sejak tahun 1969 dan terus dipertahankan oleh penguasa karena dijadikan sumber dana politik.

    BalasHapus
  2. Praktik Mafia Miigas indonesia di Pertamina Energy Limited (Petral) disamping untuk pengumpulan dana politik, tentu saja juga untuk mengisi kantong pejabat-pejabat tertinggi di negara ini. Tujuh turunan tidak akan habis, bahkan terus bertambah. Karena mafia minyak ini sangat dekat dengan kekuasaan, maka kita dapat melihat benang merahnya. Bahkan belakangan ini hubungan makin mesra antara mafia dengan Cikeas, Muhamad Riza Chalid, Bambang Trihatmodjo, Rosano Barack cs dengan SBY, Pramono Edhie, Cikeas, Hatta Rajasa, Karen cs. Sumber-sumber saya menyebutkan Reza atau dikenal dengan panggilan akrab Pak Muh ini setiap sebulan rajin mengikuti rapat di Cikeas, Istana dan kantor Menko Ekonomi. Deal - deal khusus apa yang mereka bangun?
    Sumber kami di Pertamina menyebutkan bahwa Muh, Hatta Rajasa dan Cikeas sekarang sedang merencanakan pembangunan kilang minyak (oil refinery) senilai USD 15 milyar atau setara Rp. 150 triliun yang sebagian dana pembangunannya berasal dari uang haram hasil korupsi mafia migas di Petral. Sisanya akan ditanggulangi sindikasi perbankan Jepang.
    Modus korupsi mafia minyak ini juga terjadi dengan ‘penipuan’ yang dilakukan oleh mafia minyak terhadap kualitas & jenis minyak yang diimpor Pertamina. Kilang minyak kita itu disetting hanya bisa mengolah minyak produksi Afrika dan Timur Tengah.
    Pernah dengar kasus minyak ZATAPI yang pernah dimuat sebagai Laporan Utama Majalah TEMPO ? Pada Laput TEMPO tersebut dipaparkan bagaimana modus mafia minyak yang iseolah-olah melakukan pengadaan impor minyak produk (solar dan pertamax) dari Afrika dan Timur Tengah. Padahal minyak yang dibeli dari sana hanya sepertiga atau seperempatnya saja Sisanya, dua pertiga atau tiga perempat dibeli mafia minyak ini dari produsen / broker minyak lain dalam bentuk minyak mentah (crude oil) atau minyak produk kualitas rendah (premium oktan rendah).
    Transaksinya di tengah laut untuk memenuhi sisa kapasitas. Kualitas minyak yang dibeli ‘secara gelap’ di tengah laut itu tentu lebih rendah dibanding yang tercantum di BL atau dokumen-dokumen pengangkutan kapal. Contohnya, satu kapal tangker full capacity nilai minyak sebesar US$ 80-110 juta. Di BL tercantum nilai tersebut berikut kuantitas cargonya.

    Dengan modus pengisian hanya sopertiga atau seperempat dari kapasitas, mafia minyak tersebut mencampur minyak dengan kualitas rendah dengan harga 20-30% lebih rendah. Berapa untung yang dikeruk oleh mafia minyak ini dgn modus pencampuran ? Mari kita hitung dengan cara sederhana. Asumsikan nilai impor minyak per kapal tanker USD 100 juta per shipment. Kapal dimuat dengan 25% minyak yang sesuai dengan BL impor.

    Asumsikan saja harga minyak impor tersebut sesuai BL USD 100 / barel. Jika 75% minyak kualitas rendah yang dibeli di tengah laut itu = USD 70/barel. Maka keuntungan mafia minyak USD 75 juta x 30% = USD. 22.5 juta atau Rp. 210 milyar per shipment. Inilah modus yang pernah terbongkar. Nah, sekarang silahkan rakyat sendiri yang menghitung kerugian negara akibat mafia minyak jika nilai impor minyak kita tahun 2011 = Rp. 275 Triliun. Ada berapa ratus shipment /kapal tanker yang unloading minyak di RI setiap tahun ? Berapa puluh kapal yang melakukan proses pencampuran ini ?

    BalasHapus
  3. Pertamina dan Petral setiap tahun sewa 55-65 Cargo. Setiap Cargo fee untuk Ronnie Wibowo dan Hani Tribuana masing2 US$ 150.000
    Jadi setiap tahun, suap fee pengangkutan Pertamina /Petral yg diembat Ronnie Wibowo dan Hani Tribuana 65x USD 150.000 = US$ 9.750.000

    BalasHapus