Dalam disertasi yang saya tulis menganalisis tentang Isu strategi pembiayaan defisit anggaran, mendapatkan perhatian yang cukup luas dalam kebijakan makroekonomi sebagai program kebijakan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Mengapa ini penting karena di setiap negara baik negara maju: seperti Amerika, Jepang Jerman, Inggris, Perancis, Itali, China, Korea Selatan maupun terlebih Negara-Negara Sedang Berkembang, bahkan juga di Indonesia ternyata mengalami persoalan defisit anggaran. Tetapi masing-masing negara memiliki strategi untuk melakukan pembiayaan defisit anggarannya, agar pengelolaan sumber pembiayaan anggaran menjadi terbaik.
Dengan melalui spesifikasi Model Small Scale Macroeconomic Model (SSMM) yang dibentuk dari persamaan pengelolaan pembiayaan defisit anggaran, walaupun pembahasan tentang pengelolaan sumber pembiayaan anggaran tidak akan terlepas dari sintesa dalam menggabungkan dua teori besar yaitu pendekatan Keynes-Klasik dan Dependensia. Maka berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap fakta-fakta empiris dapat memberikan kontribusi teoritis maupun praktis lebih lanjut terkait dengan analisis pembiayaan defisit anggaran di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
Adanya sumber pembiayaan defisit dengan cara yang
berbeda, ternyata menghasilkan kinerja
makroekonomi yang berbeda pula. Oleh karena itu, pemilihan sumber pembiayaan
menjadi sangat penting. Beberapa literatur hanya sedikit memberikan informasi,
karena studinya lebih pada dampak defisit anggaran dan tidak fokus pada dampak
setiap jenis sumber pembiayaan defisit. Dengan demikian, studi ini tidak hanya
memberikan kontribusi pada perekonomian Indonesia, tetapi juga memperkaya
referensi bahwa jenis pembiayaan memiliki implikasi penting bagi suatu
perekonomian.
Ditemukan bahwa pembiayaan defisit anggaran melalui
sumber pembiayaan domestik memberikan hasil yang lebih baik dari pada sumber
pembiayaan luar negeri. Dampak pembiayaan melalui sumber pembiayaan domestik
mampu menghasilkan pertumbuhan tanpa diikuti oleh meningkatnya inflasi.
Sedangkan kalau yang digunakan adalah sumber pembiayaan luar negeri,
pertumbuhan ekonomi yang terjadi dibarengi dengan relatif tingginya inflasi.
Salah satu penjelasan temuan diatas adalah bahwa
pembiayaan melalui hutang domestik tidak menyebabkan terjadinya pelarian
sumberdaya ekonomi ke luar negeri. Maksudnya bunga atau return dari
hutang domestik masih mungkin dapat dinikmati dan berputar di dalam negeri
sehingga tetap akan memberikan kontribusi pada perekonomian dalam negeri.
Ketika
perekonomian tidak normal (dalam kondisi krisis) yang ditandai oleh tingginya tingkat bunga
SBI, maka masing-masing sumber pembiayaan memiliki dampak yang spesifik. Ketika
yang dipilih adalah sumber pembiayaan domestik, maka pertumbuhan ekonomi akan
negatif, tetapi inflasi turun. Ketika yang dipilih adalah sumber pembiayaan
luar negeri, maka inflasi akan turun sedikit, tetapi pertumbuhan ekonominya positif,
dalam arti meningkat Sedangkan ketika menggunakan sumber pembiayaan dalam
negeri dan luar negeri secara bersama, maka pertumbuhan ekonomi sangat tinggi,
tetapi inflasinya cenderung meningkat.