Senin, 07 Juli 2014

EFISIENSI DEA DAYA SAING DI JAWA TENGAH



Hasil Pengukuran Efisiensi dengan Metoda DEA
Pengukuran lima belas Kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan menggunakan metoda DEA (Data Envelopment Analysis) menunjukkan ada 11 Kabupaten/Kota atau 73,33 persen daerah yang masuk dalam kategori efisien, yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kabupaten Purworejo, Kota Salatiga, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, dan Kabupaten Wonogiri. sedangkan 4 daerah Kabupaten/Kota lainnya atau 26,66 persen daerah termasuk dalam kategori tidak efisien (lihat Gambar 5.4.). Tingginya tingkat efisiensi Kota/kabuapten dipengaruhi oleh tingginya capaian indikator output, yaitu besarnya petumbuhan ekonomi PDRB per kapita yang tidak dapat dipisahkan dari tingginya kontribusi sektor pertanian yang dominan menjadi sektor unggulan dimasing-msing daerah, namun selain itu juga tidak lepas dari kontribusi sektor lain-lainnya.



Daerah yang mempunyai tingkat efisiensi yang mencapai angka 1 adalah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kota Kendal, Kota Semarang, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kabupaten Purworejo, Kota Salatiga, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, dan Kabupaten Wonogiri. Dari 11 daerah yang mempunyai tingkat efisiensi tinggi, ada 5 daerah yang berstatus Kota dan hanya 6 daerah yang berstatus Kabupaten. Adapun daerah yang tidak efisien yang berjumlah 4 daerah semuanya berstatus kabupaten. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa daerah kota cenderung lebih efisien dibandingkan daerah kabupaten dalam memanfaatkan input yang ada  untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita.

Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali dan Klaten merupakan tiga daerah yang saling berbatasan dan bertetangga, namun hasil perhitungan tingkat efisiensinya sangat berbeda jauh, dimana Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali memiliki tingkat efisisensi 1 (satu) dan menjadi Bencmarks oleh kabupaten lainnnya, tetapi kabupaten Klaten malah menjadi salah satu dari kabupaten/kota yang tidak efisien. Sementara itu, kota-kota besar seperti Kota Surakarta dan kota Semarang menunjukan tingkat efisien 1 (satu) namun dari sisi efisiensi tidak banyak memberikan kontribusi (benchmarks) terhadap daerah/Kabupaten lainnya. Sama halnya dengan kota lainnya yang relative lebih kecil seperti Kota Pekalongan dan Kota Salatiga yang menunjukkan tingkat efisiensi 1 (satu) namun juga tidak berkontribusi (benchmarks) ke daerah lainnya bahkan daerah tetangganya. Bahkan Kota Magelang yang efisien tidak berkontribusi sama sekali terhadap kota/daerah lainnya. Tidak sama dengan daerah berstatus kabupaten yang memiliki efisiensi dominan memberikan kontribusi kepada daerah lainnya, meski begitu tetap ada daerah kabupaten yang efisien namun tidak berkontribusi sama sekali seperti kabupaten Wonogiri. Hasil estimasi tingkat efisiensi antar 15 daerah kabupaten/kota. di Jawa Tengah.
 Tabel   Penentuan DMU Berdasarkan Tingkat Efisiensi 
             dan Benchmarks
No.
DMU
Tingkat efisiensi
Jumlah
Benchmarks
1
Kab. Boyolali
1
2
Kebumen, Klaten
2
Kab. Karanganyar
1
1
Semarang
3
Kab. Kendal
1
1
Klaten
4
Kota Semarang
1
1
Semarang
5
Kota Magelang
1
0
 -
6
Kota Pekalongan
1
1
Semarang
7
Kab.Purworejo
1
2
Kebumen, Sragen
8
Kota Salatiga
1
1
Sragen
9
Kab. Sukoharjo
1
4
Kebumen, Klaten, Semarang, Sragen
10
Kota Surakarta
1
1
Semarang
11
Kab. Wonogiri
1
0
 -
Sumber: Hasil Perhitungan DEA, 2011
 Secara umum beberapa daerah yang mempunyai tingkat efisiensi dapat menjadi patokan (benchmarks) bagi daerah-daerah yang belum efisien sebagaimana pada  Tabel  5.20.  Daerah  yang  mempunyai  tingkat  efisiensi yang  menjadi  patokan  (benchmarks)  adalah  Kabupaten Boyolali untuk  2 daerah, Kabupaten Karanganyar  untuk 1 daerah, dan Kabupaten Kendal untuk 1 daerah. Kota Semarang untuk 1 daerah, Kota Pekalongan untuk 1 daerah, Kabupaten Purworej untuk 2 daerah, Kota Slatiga untuk 1 daerah, Kabupaten Sukoharjo untuk 4 daerah dan Kota Surakarta untuk 1 daerah.


Sementara itu, tidak semua daerah yang mempunyai tingkat efisiensi menjadi patokan (benchmarks) bagi daerah lainnya yang belum efisien. Hanya Kota Magelang dan Kabupaten Wonogiri yang tidak menjadi patokan (benchmarks) bagi daerah-daerah lainnya. Meskipun Kota Magelang dan Kabupaten Wonogiri mempunyai tingkat efisiensi. Kota Magelang dan Kabupaten Wonogiri termasuk kategori daerah yang efisien karena capaian indikator outputnya dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerahnya relatif tinggi. Namun jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya yang juga termasuk kategori efisien, maka kedudukan kedua daerah tersebut dalam capaian pertumbuhan ekonomi daerah masih relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya seperti Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Boyolali, dan Kabupaen Purworejo, yang menjadi patokan (benchmarks) bagi daerah-daerah lainnya dalam hal pertumbuhan ekonomi.